Raja Ampat,Honaipapua.com, -Kontestasi pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Papua Barat Daya menarik perhatian publik akhir-akhir ini, tak jarang banyak spekulasi tokoh politik yang kemudian bermunculan ingin mengambil bagian dalam perhelatan politik November mendatang namun harus berurusan dengan lembaga kultur Majelis Rakyat Papua (MRP) sebagai lembaga repsentatif adat dalam menentukan keaslian seseorang berdasarkan amanah Undang-Undang Otonomi Khusus Papua.
Abdullah Gazam salah satu figur potensial yang sudah digadang-gadang bakal mengambil bagian dalam posisi sebagai bakal calon Wakil Gubernur Papua Barat Daya pun harus dapat membuktikan diri mendapatkan rekomendasi dari Majelis Rakyat Papua Barat Daya (MRPBD), mengingat di berbagai ruang diskusi publik selalu ada pro dan kontra terkait keabsahan keasliannya.
Menyikapi dinamika tersebut Arifin Kwairumaratu tokoh adat sekaligus sesepuh tua-tua adat Raja Ampat angkat bicara.
Saat ditemui Media ini Minggu (14/4) Arifin katakan, Siapa bilang Abdullah Gazam itu bukan anak adat Raja Ampat.? Anak itu (Gazam) sebenarnya tidak harus atau tidak perlu di urus untuk diangkat menjadi anak adat di Raja Ampat, tapi yang benar adalah hanya perlu mendapatkan pengakuan saja dari tua-tua adat di Raja Ampat. Bukan tanpa alasan karena bicara Raja Ampat tidak bisa dilepas pisahkan dari nama besar Raja Kilmury dan anak Gazam itu punya silsilah yang lurus dari nenek moyangnya di Raja Ampat dulu sampai sekarang dan orang tua-tua adat di Raja Ampat itu semua tahu tentang sejarah Raja Kilmury itu kecuali bagi mereka orang baru yang datang di Raja Ampat yang tidak paham tentang sejarah atau suku-suku Papua lain di luar Raja Ampat yang tidak tahu cerita tentang peran penting Raja Kilmury di Raja Ampat.
Tanpa ada Raja Kilmury di dalamnya, kini bukan namanya Raja Ampat, catat itu. Tegas Arifin Kwairumaratu yang juga mantan aktivis/anggota Panel delegasi Kongres Papua Merdeka tahun 1999 silam di Jayapura mewakili Muslim Papua se Asia Pasifik.
Itu sebabnya dalam waktu dekat ini saya yang akan bawa ponakan saya Gazam keliling Raja Ampat bukan untuk mau pergi angkat dia jadi anak adat tetapi untuk memperkuat pengakuan dia sebagai anak adat di Raja Ampat supaya menjawab spekulasi di luar sana yang tidak mengakui dia bagian dari anak adat di atas tanah Papua yang di damai ini. Kami akan mengambil start dari Kali Raja Wawiyai pulau Waigeo tempat bersejarah dimana Raja Kilmury keluar dari sana, kemudian menelusuri Salawati, Misol Utara, Waigama, kembali lagi ke arah Selatan Misool yakni Lilinta dan Fafanlap kemudian menyebrang ke Pulau Seram tepatnya di Petuanan Kelimury sekaligus untuk menziarahi kuburan Raja Kilmury moyangnya suku Maya yang meninggal di sana karena situs kuburanya masih terawat dan menjadi keramat sampai saat ini. Katanya.
Lanjut pria paru baya 65 tahun itu, Perlu tahu bahwa beberapa suku asli terbesar di Raja Ampat itu diantaranya adalah suku Maya dan suku Mat Bat yang wilayah petuanannya sampai di Misol sana, dan kami ini adalah bagian dari suku Maya yang tak terpisahkan, termasuk anak Gazam itu juga anak adat suku Maya dari garis keturunan Raja Kilmury, ini fakta sejarah dan tidak boleh ada yang menyangkal itu, karena kami punya sumpah adat yang masih berlaku sampai saat ini. Moyang-moyang kami di Raja Ampat akan murkah kalau sampai anak cucunya Raja Kilmury tidak diakui di atas tanah leluhurnya sendiri. Ucap Arifin yang juga salah satu tokoh pejuang pemekaran Papua Barat Daya era Almarhum Decky Asmuruf itu.
Jadi dari sejarah dan kedekatan kultur yang kuat itu maka Abdullah Gazam ini mestinya mendapatkan persetujuan rekomendasi MRPBD untuk maju sebagai salah satu bakal calon Wakil Gubernur Papua Barat Daya karena anak ini salah satu cucu sekaligus titisan barakat dari Raja Kilmury untuk meneruskan perjuangan moyangnya di masa lalu di atas tanah Papua ini. Tutup Mantan Ketua Majelis Muslim Papua Se Jawa Bali 1996 silam itu. (***)