RAJA AMPAT,Honaipapua.com, -Sebuah studi terkini yang baru diterbitkan di jurnal Royal Society Open Science mengungkap pola pergerakan dan jaringan habitat penting dari pari manta karang yang berada di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat Daya, Indonesia. Salah satu temuan dari penelitian ini, mendapati bahwa pari manta karang sering berpindah-pindah dari satu habitat penting ke habitat penting lainnya, yang berjarak dekat dan sesekali melakukan perjalanan jarak jauh antara rangkaian penerima sinyal akustik yang dipasang di seluruh perairan Raja Ampat.
Penelitian yang dipimpin oleh Dr. Edy Setyawan bersama dengan tim dari Badan Layanan Umum Daerah Unit Pelaksana Teknis Dinas (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi di perairan kepulauan Raja Ampat, Konservasi Indonesia, Conservation International, Macguarie University (Australia), dan University of Auckland (Selandia Baru) ini dilakukan selama lima tahun, yakni sejak 2016 hingga 2021. Para peneliti menilai temuan tersebut menandai langkah krusial yang dapat diambil dalam memahami dan melindungi spesies yang secara global rentan punah ini.
Dr. Edy Setyawan menjelaskan, studi ini juga mengidentifikasi hub atau pusat lokasi dalam jaringan pergerakan pari manta karang yang vital untuk navigasi dan kelangsungan hidup mereka. Dalam studinya, disebut bahwa temuan krusial dari penelitian ini adalah keberadaan tiga sub-populasi pari manta karang yang secara demografis dan geografis berbeda. Ketiga sub-populasi ini menghuni ekosistem atol Ayau di utara Raja Ampat, ekosistem terumbu karang yang sangat luas di barat laut perairan Raja Ampat, dan ekosistem terumbu karang di tenggara Pulau Misool di selatan Raja Ampat.
Ketiga area itu menunjukkan adanya struktur meta-populasi — atau struktur yang terdiri dari sub-populasi yang secara spasial terpisah dari jenis yang sama dan berinteraksi pada beberapa tingkatan — pari manta karang. Dr. Edy Setyawan menilai, hal ini merupakan temuan yang cukup tak terduga, mengingat pari manta karang memiliki kemampuan untuk berpindah ratusan kilometer dan tidak ada hambatan yang jelas untuk menghalangi pergerakan pari manta karang antara ketiga wilayah tersebut di Raja Ampat. Dengan kata lain, temuan tersebut menunjukkan bahwa pari manta karang di masingmasing wilayah itu cenderung ‘tetap dekat dengan rumah’ dan jarang berpindah antar wilayah.
“Penelitian kami memberikan informasi terbaru pada pola pergerakan yang kompleks dari pari manta karang di Raja Ampat, yang menekankan perlu adanya pendekatan yang tepat dan terukur dalam upaya konservasi jenis ikan terancam punah ini,” kata Dr. Setyawan, Rabu (10/4)
“Memahami jaringan ini memungkinkan kita untuk mengidentifikasi habitat penting dan koridor migrasi pari manta karang, dan dapat menjadi masukan untuk upaya konservasi yang krusial bagi kelangsungan hidup jenis ikan ini,” imbuh dia.
Focal Species Conservation Senior Manager Konservasi Indonesia, Igbal Herwata, yang juga menjadi salah satu penulis dari penelitian ini menyebut hasil temuan pada penelitian ini dapat mendukung pengelolaan kawasan konservasi perairan Raja Ampat. “Berdasarkan temuantemuan tersebut, kami merekomendasikan agar pengelola Kawasan Konservasi Perairan di Raja Ampat mempertimbangkan untuk meningkatkan pendekatan mereka dalam pengelolaan meta-populasi pari manta karang di Raja Ampat dengan menciptakan tiga unit pengelolaan yang masing-masing berfokus pada satu sub-populasi pari manta karang,” ujar Igbal.
Di tempat yang sama, Vice president of Asia-Pacific Marine Programs Conservation International Dr. Mark Erdmann — yang juga menjadi salah satu pembimbing studi doktoral Dr. Edy Setyawan — menilai dengan adanya temuan ini muncul kebutuhan mendesak untuk perluasan perlindungan pari manta karang. “Studi ini juga menyoroti satu situs agregasi pari manta yang dikenal sebagai £agle Rock, yang tidak jauh di selatan Pulau Kawe, sebagai hub penting dalam jaringan pergerakan pari manta karang. Temuan ini menekankan kebutuhan yang sangat mendesak untuk memperluas perlindungan spasial hingga ke area ini melalui periuasan jejaring KKP di Raja Ampat, terutama karena meningkatnya ancaman terhadap area penting ini dari aktivitas tambang nikel di Pulau Kawe,” tutur Dr. Mark.
Kepala BLUD UPTD Pengelolaan Kawasan Konservasi di Perairan Kepulauan Raja Ampat, Syafri S.Pi, menyatakan menyambut baik studi ini sebagai rekomendasi yang sangat penting. “Temuan-temuan ini sangat penting untuk menyempurnakan upaya konservasi untuk spesies ikonik kami di Raja Ampat. Kami akan mempertimbangkan rekomendasirekomendasi ini secara serius dan selanjutnya berkolaborasi dengan Pokja Manta untuk menyempurnakan dan mengintegrasikannya ke dalam strategi pengelolaan pari manta saat ini,” kata Syafri.
Adapun para peneliti yang terlibat dalam studi tersebut berharap hasil penelitian terbaru ini dapat membuka jalan untuk peluang penelitian di masa depan, termasuk studi genetik dan telemetri satelit, yang bertujuan untuk memahami lebih dalam dan rinci tentang struktur populasi, daya jelajah, dan sebaran pari manta karang, guna meningkatkan strategi pengelolaan dan konservasi jenis ikan yang menjadi ikon pariwisata di Raja Ampat. (***)